“ Apa yang terjadi kak? “
“ Kakak gak tau dik. “
Aku dan Anna mulai keluar rumah, ingin tahu sebenarnya apa yang terjadi sehingga suara berisik dan aroma ketakutan dari warga kampung yang membuatku penasaran terjawab, begitu keluar rumah, kurasakan air menggenangi jalanan dan mulai membentuk sebuah sungai, pesta kemaksiatan dari warga kampung bubar seketika, mereka berlarian kocar-kacir bagai kecilnya semut bagi sebuah dunia, Anna memegang tanganku erat sekali tanda dia ketakutan, kuliat bendungan air yang melindungi kampung kami jebol, air mulai memancar dengan derasnya bagai gelombang tsunami.
Di depanku terlihat air setinggi sekitar dua belas meter menyerang kampung kami, pohon-pohon tumbang seketika, rumah-rumah menjadi puing yang berserakan dimana-mana, beberapa orang hanyut, dengan sekali kibas tempat kami tergenang seketika.
“ Masya Allah…, lari dik….. Laaaaaarriii…..!!!!!!! “
Aku dan Anna saling berpegangan erat, melarikan diri dari kecaman kematian, pohon-pohon mulai tumbang karena di terpa arus air, rumahku tertimpa monster air itu sehingga pecah berantakan, kami terus berlari, dibelakangku dan Anna gelombang tsunami mengejar, mungkin menertawakan diriku yang tak berdaya dengan wajah pucat pasi, gelombang ini mulai memakan banyak korban, dari anak-anak sampai orang dewasa mulai hanyut karena ditimpanya.
Aku dan Anna terus berlari, sampai langkahku terhenti karena jalan mulai buntu.
“ Kakak…. “
Anna menatapku dengan wajah pucat, sementara jarak kami dengan gelombang luapan air semakin dekat, tidak mungkin lagi kami bisa melarikan diri, aroma kematian mulai terasa, seakan malaikat maut mulai menyapa, kupeluk tubuh Anna dengan luapan cinta yang luar biasa.
“ Dik Anna…, apapun yang terjadi…, kakak akan selalu mencintaimu, selamanya. “
“ Aku juga mencintaimu kak…. “
Kami berpelukan bagai tak bisa terpisahkan, jikalau aku harus mati hari ini, aku ingin mati dipelukan Anna, gelombang tsunami mulai mendekat, dan menghantam tubuh kami, kami terus berpelukan dalam arus air yang melulunlantahkan tubuh, kurasa kematian kami semakin dekat, kesadaranku mulai menghilang, dunia semakin gelap.
***
“ Tria……., Tria……… “
Sayup-sayup bayangan putih mengitariku, setiap kejadian mulai membayangi pikiran, kudengar ada seseorang memanggil namaku, semakin lama semakin jelas.
“ Tria….., cepet bangun…., nanti telat sekolahnya. “
Kubuka mataku, bayangan putih mengitari pemandanganku, dan nampak wajah seseorang berada di depanku, semakin lama pandanganku semakin jelas, kulihat sosok wajah ibuku di depanku mulai membangunkan tidurku.
“ Oh… ibu, kepalaku sakit sekali bu, apa yang terjadi.. “
“ Ayolah nak cepat bangun, sudah hampir pukul tujuh pagi, nanti kamu telat. “
Aku bangun dari tidurku, kuputar otakku mengingat segala kejadian yang menimpa, gelombang tsunami yang menimpa mulai menyapa pikiranku, rumahku yang hancur mulai terasa, dan Anna….., dimana Anna.., bagaimana caranya aku berada dirumahku seperti ini.
“ Bu…, Anna mana bu…. “ Aku bertanya kepada ibuku dengan degupan jantung yang hampir meledak, apakah Anna selamat dari bencana kemarin, sementara itu kulihat wajah cantik ibuku terlihat heran dengan pertanyaanku.
“ Anna siapa? Tria… Tria.., lagi jatuh cinta ya…, hehehe..anak muda sekarang, ada-ada saja… ya sudah sekolah yang rajin, jangan cinta terus yang dipikirin. “
“ Apa.., sekolah bu? “
“ Iya… sekolah, itu seragam SMA-mu sudah ibu siapin, jangan lupa sampaikan undangan perkawinan paman Yanor sama kepala sekolah. “ Penjelasan ibuku semakin semakin membuatku bingung.
“ Ibu ini bagaimana, paman Yanor kan sudah menikah lima tahun yang lalu. “
“ Kata siapa, ini undangannya, pamanmu itu menikah hari minggu ini. “
Kubaca dengan seksama undangan pernikahan pamanku itu, sementara itu aku semakin bingung seperti orang gila saja, mataku langsung melotot ketika melihat tahun di undangan, 2005.., kulihat kalender yang tergantung di dinding kamarku, tahun 2005, aku kaget bukan kepalang, bagaimana mungkin ini bisa terjadi. “
“ Bu ini tahun berapa? “ Aku bertanya kepada ibuku dengan perasaan semakin bingung tidak menentu.
“ ini tahun 2005 “
“ Apa bu…… tahun 2005….!”
“ Iya, ya sudah ini handuknya, kamu cepetan mandi, nanti telat sekolahnya. “
Aku mulai berjalan menuju kamar mandi dengan pikiran kosong, bagaimana mungkin ini bisa terjadi, masa gelombang tsunami bisa melemparku ke lima tahun yang lalu, apakah itu monster laut atau dimensi waktu, aku bingung tidak menentu, undangan, sekolah, dan sebagainya, apa tidak salah, mungkin kepalaku terbentur karena bencana kemarin, sehingga ingatanku terganggu dan aku akan meluncur ke dua atau tiga hari di masa depan, tapi kembali ke lima tahun yang lalu.., tidak mungkin..
Kupakai kembali seragam SMA-ku, lalu aku menuju sekolah dengan suasana hati tidak menentu, penggambaran lingkungan memang seperti masa lalu, handphone masih terasa asing sehingga hanya orang tertentu yang memilikinya, motor masih terasa jarang karena kebanyakan siswa masih memakai sepeda.
Pertemuanku dengan teman-teman semasa SMA semakin membuktikan bahwa aku memang terlempar ke masa lalu, suara bising sekolah, atap yang bolong sehingga dengan mudahnya hujan masuk, kantin sekolah yang selalu diliputi asap rokok dari siswa bandel, serta kepala sekolah yang seingatku meninggal di tahun 2008 tetapi di zaman ini masih hidup, dan sebagainya.
Aku duduk mendengarkan penjelasan guru tentang terciptanya dunia menurut teori aneh dan tidak masuk akal, bagaimana mungkin dua bintang besar bertabrakan sehingga menjadi sebuah dunia, dengan bumi yang ada gravitasi dan udara, atau gunung kokoh yang bisa menahan tiupan angin sehingga bumi terhindar dari kehancuran luar biasa, dengan aturan dan gerakan dunia yang luar biasa seperti ini penciptaannya, pasti ada yang mengatur semuanya sehingga kehidupan berjalan dengan sebagai manamestinya, tentunya ada Yang Maha mengatur segalanya sehingga setiap kehidupan di dunia ini tercontrol, yaitu Allah, bagaimana mungkin dua bintang besar bertabrakan, pecah berhamburan, lalu tercipta bumi, matahari, bulan, dan yang lain secara ajaib, sangat aneh dan bodoh, aku tidak mengerti bagaimana jalan pikiran orang-orang yang tidak beragama sehingga bisa menciptakan teori seperti ini, teori ini seperti dua mobil yang bertabrakan kecelakaan tetapi menjadi sebuah mobil mengkilap, mewah, dan tidak ternilai harganya, tidak akan mungkin.
Bel istirahat pun terdengar, aku keluar kelas dan terus mengasingkan diri, memikirkan kejadian aneh yang menimpa, aku duduk mematung sendirian sambil memandang para murid yang lain sedang bermain basket di lapangan olahraga, lalu sayup-sayup mataku menatap seorang siswi berwajah bersih dengan balutan kerudung yang mulia.
“ Anna……”
Aku baru ingat bahwa Anna adalah adik kelasku semasa SMA, dia adalah istriku dan kami satu hati, meskipun aku seperti tidak ada bedanya dengan orang gila sekarang, tapi pasti dia akan percaya bahwa aku berasal dari masa depan, kami sehati dan diciptakan Allah secara berpasangan, aku harus menjelaskan semuanya kepadanya.
Aku berlari menuju Anna sambil memanggil namanya, sementara itu Anna terlihat kaget dan menghentikan langkahnya, Anna membalik badan dan menatapku dengan rasa heran yang luar biasa.
Kupegang bahu Anna dengan gejolak rasa yang memburu, kebahagiaanku memuncak karena istriku masih sehat.
“ Anna…. Ini aku…, ini aku… “
“ Astagfirullah…., maaf kak… bukan muhrim, jangan memegangku seperti itu. “
“ Apa? Bukan muhrim…, ini aku suamimu…..”
“ Kakak ini bagaimana? Nikah saja kita belum, masa mengaku suamiku, kakak ini bernama Tria, ketua Lembaga Dakwah Sekolah, serta murid berprestasi di sekolah, sudah ingat belum. “
“ Anna, meskipun seluruh dunia tidak percaya kepadaku, tapi aku tau kamu akan percaya kepadaku, kita menikah tanggal 17 agustus 2008 dengan mahar novel tulisanku, terakhir ada bencana besar menimpa tempat kita sehingga kita terpisah, dan aku terbangun ke lima tahun yang lalu, apa kamu mengingat semuanya. “
Kuliat wajah Anna terlihat semakin bingung ..
bersambung......